Label

Sabtu, 31 Oktober 2009

Sensation Seeking vs Self efficacy Pada Para Pendaki Gunung

Pernah dengar sensation seeker??ya.....para pencari sensasi.......menurut Zuckerman, tokoh pencetus teori ini, sensation seeking merupakan sebuah kepribadian dalam diri seseorang yang cenderung mencari atau terlibat dalam situasi yang berisiko...baik risiko fisik maupun sosial, pemilihan situasi yang berisiko terlihat dalam pemilihan olahraga atau hobi misalnya, panjat tebing, terjun payung, rafting dan mendaki gunung atau pilihan profesi misalnya pemadam kebakaran, pilot, astronot dll. Sensation seeking merupakan sebuah kebutuhan yang mendasar tetapi terkadang tidak disadari. orang-orang yang mempunyai tingkat sensation seeking yang tinggi cenderung lebih memilih situasi yang lebih berisiko di bandingkan mereka yang mempunyai tingkat sensation seeking rendah.

Apakah sensation seeking kemudian menjadi elemen kunci dalam pemilihan kegiatan yang berisiko?

Dalam penelitian yang telah saya lakukan pada 65 orang subjek penelitian yang berprofesi dan memiliki hobi mendaki gunung sebelum mereka mendaki Gunung Merbabu, ternyata sensation seeking bukan satu satunya faktor yang mempengaruhi motivasi mereka mau memilih kegiatan mendaki gunung atau memilih suatu kegiatan yang menurut kebanyakan orang merupakan suatu kegiatan yang berisiko, terutama berisiko pada keselamatan.

Self efficacy, dikatakan oleh Bandura sebagai keyakinan dalam diri seseorang yang menimbulkan kekuatan dalam dirinya untuk mengatur perilaku atau tindakan yang dibutuhkan agar sesuatu yang diinginkan tercapai, ternyata mempunyai peranan lebih besar di bandingkan kepribadian sensation seeking yang dimiliki. sebesar 26,4 % motivasi para pendaki gunung untuk mendaki gunung tersebut dipengaruhi oleh self efficacy yang mereka miliki, sedangkan sensation seeking hanya menyumbang sebesar 1% saja.

Kemungkinan hasil ini dipengaruhi anggapan bahwa, mendaki gunung merupakan suatu pilihan kegiatan yang tidak begitu ekstrim bagi para sensation seeker sebagai suatu pilihan kegiatan berisiko mereka, dikarenakan pada umumnya gunung-gunung di Indonesia termasuk didalamnya Gunung Merbabu (kecuali gunung Jaya Wijaya), kegiatannya hanya berkembang pada tahap walking dan hiking saja. tetapi bagi kalian yang pernah atau sering mendaki gunung pastinya telah sangat mengenal bagaimana rasanya mendaki gunung. kegiatan ini adalah suatu kegiatan yang jauh dari kata mudah dan ringan..

Intinya adalah...keyakinan atau belief pada kemampuan diri untuk mengatur suatu tindakan yang diperlukan untuk mencapai sesuatu yang kita harapkan jauh lebih kuat, dan hal tersebut memampukan diri kita untuk dapat melakukan suatu kegiatan yang berat sekalipun.

Sahabat...percayalah pada kemampuan yang ada dalam dirimu....^^ kamu sanggup menaklukkan gunung tinggi manapun.

2 komentar:

  1. mbak widya. artikelnya menarik..
    saya adjie mahasiswa psikologi UI 2006,kebetulan saya juga lagi meneliti soal sensation seeking pada subjek yang sama. tapi variabel duanya itu degree of participation.
    makanya saya seneng waktu nemu artikel ini
    ada alamat email yang bisa saya hubungin mbak buat tanya-tanya. kalo boleh lhooo

    BalasHapus
  2. hai...email saya hill_pdn@yahoo.com
    penelitiannya sdh selesai?

    BalasHapus