Label

Senin, 21 Mei 2012

Kuatnya Mau

Pagi ini matahari bersinar lebih panas dari biasanya, anginnya begitu kencang hingga suaranya yang tanpa menyentuh pohonpun terdengar. Dingin di kota kecil ini, dinginnya mengingatkanku tempat yang paling aku suka, yaa kau pasti tahu. Tempat yang angin dan kabutnya melimpah, yang dinginnya menusuk, yang panasnya menggosongkan kulit. Terakhir 7 bulan lalu merasakan udara tempat itu.

Sampailah aku disini denganmu, hal-hal lain bisa kuramalkan dengan tepat tapi tidak denganmu, pelajaran lain bisa ku mengerti dengan baik tidak dengan dirimu. Aku merasa salah saat tidak menjadi diriku, tetapi juga canggung saat menjadi aku. Aku lumayan bisa membaca ekspresi seseorang untuk mengetahui perasaannya tapi begitu susah denganmu. Mengorek perasaanmu sama seperti diriku yang beratnya 40 kg menggulingkan batu 5 ton, tidak bergeser batu itu. Yaahh aku terseret seperti kebanyakan perempuan-perempuan lain yang begitu ingin mengetahui perasaan laki-laki yang dekat denganya, aku juga terjerumus seperti perempuan-perempuan lain yang ingin diperhatikan, dimanja, dipuji, dikagumi. Aku berusaha tidak tenggelam dalam lumpur itu, lumpur yang berisi 99,9% perempuan, meskipun lebih dari separuh hasratku menginginkannya. Pasti kau pikir aku tidak membutuhkannya karena aku kuat, atau kau tidak memberikannya karena ingin membuatku kuat.

Kau tahu, aku bisa menghadapi apapun karena aku mau, bukan karena aku kuat. Kekuatanku hanya sama seperti yang dimiliki Thor, kemauan. Hanya karena sepertinya saat aku benar-benar mau, semua tersedia bagiku sehingga aku bisa menghadapinya. 
Dan aku mau.....
Aku mau, menyisihkan deret kalimat di atas yang paling diinginkan semua perempuan. Aku mau bingung menghadapimu. 
Tetapi aku juga mau jujur seperti air, yang jika musim dingin  ia membeku, jika dipanaskan ia mendidih, jika diterpa angin lembut ia menjadi tenang bergelombang indah. Dan jujur, kamu begitu sempurna sementara aku carut marut.

Dan kau tahu rahasiaku? aku sedang belajar memanajemen perasaanku. Aku berusaha menyadari rasa yang kurasa, menerimanya, terkadang rasa itu adalah rasa ingin menghajarmu di kepala. Aku kemudian terlelap dengan tenang, esoknya aku bangun dengan bahagia.

Semua karena aku mau bukan karena aku kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar