Senja kemarin, usai bulir-bulir hujan ramai berjatuhan ada busur indah terpampang di depanku, entah ia jauh atau dekat tak bisa kupastikan ujungnya, karena kata orang itu tidak nyata. yahh sebagian orang menganggap nyata harus dapat di sentuh, di rasa, tidak hanya di lihat. Karena ketidak nyataannya tersebut maka jangan sekali-kali mengikuti nasihat yang mengatakan berlarilah sampai ke ujung pelangi jika kau tidak ingin mati kelelahan tanpa hasil.
Aku melihat pelangi, ada pelangi di hadapanku. Aku berada di posisi yang tepat, matahari, aku dan tepi tetes hujan. Bisa dipastikan jika aku berada di balik matahari atau di balik bulir hujan, pelangi tak dapat kutangkap. Tidak selalu benar orang yang mengatakan pelangi selalu hadir sehabis hujan. Pelangi hanya dapat dilihat saat matahari bersinar bersamaan dengan hujan turun tetapi dari sisi yang berlawanan, seperti yang saya sebutkan tadi, matahari harus berada di belakang dan hujan berada di depan. Matahari, mataku dan pusat busur pelangi harus berada dalam garis lurus. Bayangkanlah bahwa seberkas sinar terpancar memasuki hutan bulir-bulir air, menembus sebuah bulir terbias masuk ke bulir-bulir lainnya.
Tidak hanya hujan yang sanggup menghadirkan pelangi di dunia ini, air terjun pun bisa, air keran yang mengucur, lengkungan lembar mika plastik pun bisa, batang bolpen transparan segi lima pun bisa meskipun kebanyakan hanya anak kecil yang menyadarinya dan mengaguminya dengan berlebihan. Sewaktu di bangku SMP aku pun sering bermain dengan prisma kaca untuk membuat pelangi.
Pelangi dengan campuran warna pemberian matahari terdiri dari banyak warna yang bermacam-macam dengan panjang gelombang yang berbeda-beda, Panjang gelombang cahaya ini membentuk pita garis-garis paralel, tiap warna bernuansa dengan warna di sebelahnya. Pita ini disebut spektrum. Di dalam spektrum, garis merah selalu berada pada salah satu sisi dan biru serta ungu di sisi lain, dan ini ditentukan oleh perbedaan panjang gelombang. Mata kita hanya mampu menangkap 7 gelombang warna yang dipancarkannya sehingga dari kecil anak-anak diajarkan untuk mengetahui apa yang dapat ditangkap oleh mata saja : pelangi memiliki 7 warna; MEJIKUHIBINIU. Orang tua kita pun mungkin tidak mengetahui lebih dari yang dapat ditangkap mata. Mulailah anak tumbuh dengan mengabaikan apa yang tak tampak meskipun ada.
Bagi para pengandai (orang yang suka berandai-andai secara berlebihan) pelangi tidak selalu mengikuti teori rumit pembentukan cahaya. Mereka menyukai sesuatu secara dalam, yang diterpa cahaya dan mengandung air, misalnya saja mata. Seorang lelaki memuja kekasihnya dengan mengatakan ada pelangi di matamu, hanya karena ia sangat menyukai mata si perempuannya (jika berkebalikan, jarang). Tidak perlu di cari warna apa yang muncul dari bola mata hitam sang kekasih karena hal itu hanya ada di pandangan sang pemuja saja.
Pelangi akan hilang seiring dengan berhentinya bulir-bulir air berjatuhan atau sinar matahari yang redup menghilang. Tidak pasti berapa lamanya. Keindahannya pun berbekas tipis yang sejam kemudian terlupakan, mungkin tujuan lagu ini diciptakan untuk mengingatkanmu kembali : Pelangi pelangi, alangkah indahmu, merah kuning hijau, dilangit yang biru, pelukismu agung siapa gerangan (udah tau si agung yang lukis, masih nanya lagii), pelangi-pelangi ciptaan Tuhan.
sipt :)
BalasHapus