Saya yakin semua orang pernah mendengar atau bahkan mungkin berulang kali pernah menggunakan nama gangguan ini untuk menjuluki teman yang selalu menyendiri...ya, Autis. Pernahkah menemuinya secara langsung?..pernahkah bertatapan mata langsung dengannya?, hmm untuk pertanyaan kedua ini kecil kemungkinannya teman-teman pernah melakukannya.
Sabtu tanggal 2 April 2011 kemarin, seluruh penjuru dunia merayakan hari Autis. Dasar hukum pelaksanaan Hari Autis Sedunia adalah resolusi PBB No. 62/139 yang dikeluarkan 18 Desember 2007. Melalui perayaan Hari Autis Sedunia ini diharapkan seluruh masyarakat terutama orang tua dapat menerima keberadaan para penyandang autis.
Autis berasal dari bahasa Yunani, auto yang berarti sendiri dan isme yang berarti aliran. Autis termasuk dalam Pervasive Developental Disorder yaitu gangguan perkembangan menyeluruh yang meliputi interaksi sosial, komunikasi (verbal dan non verbal), perilaku bermain dan ketertarikan (interest).
Belum ada bukti jelas penyebab tunggal munculnya gangguan Autis, namun dari hasil penelitian, Autis disebabkan karena adanya gangguan struktur dan fungsi otak, sekali-kali bukan karena pengasuhan atau salah didikan dari orang tuanya. Dari pemeriksaan MRI penderita Autis memiliki ukuran otak kecil yang lebih kecil dari ukuran normal. Penyebab kelainan otak ini bisa karena genetis, gangguan sejak dalam kandungan saat lahir atau setelah kelahiran, salah satu penyebabnya adalah virus (toxoplasma, cytomegalo, rubella dan herpes) atau jamur yang ditularkan ibu pada janinnya, dapat juga karena menghirup atau mengkonsumsi zat yang sangat polutif yang meracuni janin.
Gangguan Autis sudah dibawa sejak anak lahir namun pada umumnya gejalanya terlihat sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Anak-anak yang menderita autis dalam kesehariannya menunjukkan perilaku yang cenderung tidak lazim dengan anak-anak pada umumnya. Gejala pokok anak autis adalah adanya gangguan dalam interaksi sosial misalnya menolak disayang atau dipeluk, tidak ada usaha untuk berinteraksi dengan orang lain, tidak menoleh jika dipanggil, tidak mampu mempertahankan atau menciptakan kontak mata, gangguan dalam komunikasi misalnya, terlambat bicara atu tidak dapat bicara, mengeluarkan kata-kata yang tidak dapat dimengerti, membeo, bicara monoton seperti robot, mengeluarkan suara tertentu berulang-ulang, gangguan dalam perilaku bermain misalnya anak bermain monoton dan selalu sama, terpaku pada sesuatu yang bergerak terus menerus misalnya roda yang berputar, ganggun emosi misalnya sering mengamuk tak terkendali, sedangkan gangguan dalam bidang sensoris misalnya dapat sangat sensitive dan bahkan justru tidak responsif terhadap semua rangsangan panca indera.
Bisakah Autis di sembuhkan? pada kenyataannya gangguan di otak tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikurangi gejalanya sehingga penderita autis dapat memaksimalkan kemampuannya. Terapi dini (sejak dideteksinya gangguan, usia kurang dari 3 tahun), terpadu dan intensif sangat membantu dalam hal ini. Namun orang tua yang cuek juga budaya kita yang tidak siap jika dalam keluarga terdapat anak-anak berkebutuhan khusus ini membuat para orang tua berlaku tidak adil dengan selalu menempatkannya di belakang dan dianggap sebagai aib, hal ini amat sangat merugikan dan menghilangkan kesempatan untuk di tangani sejak dini. Makin muda umur anak saat di terapi semakin besar keberhasilannya, umur idealnya adalah 2-5 tahun karena pada usia itulah otak dalam pertumbuhan pesat.
Ada 8 terapi yang bisa digunakan kepada penderita autis antara lain; Educational Treatment, pendekatan developmental, treatment and education and related communication, biological treatment, speech language therapy, peningkatan komunikasi, pelayanan autisme intensif dan terapi yang bersifat sensoris. Orang tua pun dapat belajar pada terapis dan sebagian terapi dapat dilakukan di rumah.
Sedangkan untuk pendidikannya anak dapat diikut sertakan dalam program sekolah khusus, home schooling, ataupun program inklusi (mainstreaming), masing-masing program memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, orangtua dapat meminta bantuan psikolog untuk memutuskan program apakah yang paling tepat untuk anak. Jangan sembunyikan mereka, cobalah untuk peka sejak dini.
Kepustakaan :
DSM IV. 2000. American psychiatric Association. Washington DC
detik.com/hari autis sedunia
Prasetyono, D. S. 2006. serba serbi anak autis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar